Mengenal Idhan Lubis

Indonesian Green Ranger

November 22, 2017

Siapa sih Idhan Lubis? bagi yang sudah pernah sampai ke Puncak Mahameru gunung Semeru mungkin sudah tahu karena melihat nama tersebut tertulis di plakat In Memoriam yang saat itu masih tertanam di puncak gunung tertinggi di pulau Jawa (saat ini plakat sudah diturunkan) dan bagi yang belum pernah sampai ke puncak Mahameru gunung Semeru, mungkin mengetahui siapa Idhan Lubis itu dari baca-baca berita atau mendengar dari orang lain.

 

Idhan Lubis adalah salah satu yang meninggal dunia di puncak Mahameru gunung Semeru bersama dengan Soe Hok Gie pada 16 Desember 1969, selama ini cerita tentang Idhan Lubis memang tidak terlalu terdengar bahkan tidak menjadi bahan perbincangan oleh para kalangan pendaki gunung Indonesia, itu karena ketokohan Soe Hok Gie yang sudah menjadi legenda bagi pendaki gunung di Indonesia.

 

IDHAN LUBIS & KELUARGA
 

Dalam masa peralihan kekuasaan yang penuh konflik di awal tahun 1949, pada tanggal 19 April lahir Idhan Dhanvantary Lubis di kota Yogyakarta dari kandungan seorang ibu Kusrahaeni turunan Jawa dan berayahkan Bachtar Lubis berdarah Mandailing.

 

Idhan Lubis sebagaimana panggilan akrabnya, tumbuh dewasa di Jakarta sebagai anak kedua dari keluarga wiraswasta, adik dari Idhat Lubis (pendiri Indonesian Green Ranger), kakak dari Piet Bachtari Lubis dan Poeng Wiyata Indra Lubis, dan juga keponakan dari seorang jurnalis dan pengarang terkenal di Indonesia yaitu Mochtar Lubis.

 

kiri ke kanan : Alm Idhan Lubis – Alm Poeng Wiyata Indra Lubis – Piet Bachtari Lubis – Idhat Lubis

 

Ditempa oleh dua kultur, kehalusan pekerti seorang ibu dan keberanian yang lugas seorang bapak membentuk sosok intelektual tegas dengan keakraban emosional, sehingga menjadikannya dirinya dilibatkan dalam banyak aktifitas, baik kegiatan akademis maupun ekstra kampus, salah satunya adalah Kelompok Pecinta Alam. Sumber : Idhat Lubis-IGR

 

Idhan Lubis

 

” Aku tidak pernah berniat
menaklukkan gunung !
Mendaki gunung hanyalah
bagian kecil dari pengabdian…
… pengabdianku kepada
YANG MAHA KUASA !”
 
MENGAPA IDHAN KE SEMERU ?
 

Mendaki Puncak Gunung Semeru adalah obsesi yang dipicu oleh bacaan favorit masa kecilnya, yakni hikayat Mahabaratha, terutama episode akhir… yaitu saat perang Bharata, dimana Pandawa Lima pulang ke Swarga Loka melalui Arcopodo sebuah gerbang yang dikawal Dewa Kembar, pintu masuk surga dilangit Mahameru.

 

Saat segalanya dimungkinkan, di pertengahan tahun 1968 Idhan bersahabat dengan Herman O Lantang seorang anggota Mapala Universitas Indonesia. Dengan Herman itulah Idhan diajak untuk mendaki gunung Semeru bersama-sama dengan anggota Mapala UI salah satunya Soe Hok Gie. Saat pendakian itu Idhan baru berusia 20 tahun dan masih menjadi mahasiswa di Universitas Tarumanegara

 

Tak dinyana… pendakian yang direncanakan dengan landasan pemikiran emosional & intelektual, merupakan capaian sakral tertinggi dan terakhir dari seorang anak manusia bernama Idhan Lubis. Tepat pada tanggal 16 Desember 1969, dia melangkah bersama Soe Hok Gie melewati gerbang langit Mahameru… pergi meninggalkan kita selamanya. Sumber : Idhat Lubis-IGR

 

Pernah aku dan kau
sama-sama daki gunung-gunung tinggi
nafas kita putus-putus
tudjuan esa, tudjuan satu:
Pengabdian dan pengabdian kepada….
hampir kaki kita patah-patah
 
…Jang Maha Kuasa ..
 

Idhan Lubis

 

PUISI PERPISAHAN MENJELANG MAUT MAHAMERU

Kompas, 24 Desember 1969

 

IDHAN DHANVANTARI LUBIS, pemuda tampan yang tenang dan serius itu seakan-akan telah mempunyai firasat akan ajalnya yang sudah dekat. Sebelum melakukan perjalanan mendaki puncak gunung Semeru, almarhum Idhan Lubis pergi ke Bandung. Selain mengucapkan Selamat Lebaran, Idhan Lubis juga minta diri, menyampaikan salam berpamitan kepada semua keluarganya di Bandung itu. Hal semacam itu tak pernah dilakukan Idhan sebelumnya, bahkan orangtua Idhan biasanya jarang diberitahukan bila akan mendaki gunung.

 

Hari-hari menjelang keberangkatan ke Jawa Timur tanggal 13 Desember, jalan telah dipenuhi isyarat-isyarat Idhan tentang puncak Semeru tersebut. Sampai-sampai dalam tidur pun, Idhan mengigau tentang gunung Semeru. Idhan menyebut Rocopodo suatu nama tempat di puncak gunung Semeru itu dalam mimpinya. Hal ini didengar oleh saudaranya suatu malam dengan keheranan.

 

Sehari-hari, Idhan tak hentinya menulis-nulis dan mencoret nama Mahameru, puncak Semeru, dan sebagainya dimana saja ada kesempatan.

 

Pada suatu petang tanggal 8 Desember 1969 di rumahnya di Polonia, Idhan Lubis menulis sebuah sajak yang ditujukan kepada sahabatnya Herman O Lantang. Puisi Idhan Lubis yang ditulisnya delapan hari sebelum meninggal dunia itu berjudul Djika Berpisah, yang selengkapnya sebagai berikut:

 

Pro: Herman O. Lantang
Djika Berpisah

Di sini kita bertemu, satu irama
di antara wadjah2 perkasa…
tergores duka dan nestapa,
tiada putus asa
tudjuan esa puntjak mendjulang di sana

Bersama djatuh dan bangun
di bawah langit biru pusaka…
antara dua samudra…
Bersama harapanku djuga kau
satu nafas
kita jang terhempas
pengabdian… dan… kebebasan…

Bila kita berpisah
kemana kau aku tak tahu sahabat
atau turuti kelok2 djalan
atau tinggalkan kota penuh merah flamboyan
hanja bila kau lupa
ingat…

Pernah aku dan kau
sama-sama daki gunung-gunung tinggi
hampir kaki kita patah-patah
nafas kita putus-putus
tudjuan esa, tudjuan satu:
Pengabdian dan pengabdian kepada….
…Jang Maha Kuasa …

Dari : Idhan Lubis
Polonia, 8 Desember 1969

 

Soe dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Mereka jumpai jasad kedua tersebut sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil G. Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Soe dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Mereka semua diam dan sedih.

 


Plakat In Memoriam Soe Hok Gie dan Idhan Lubis telah diturunkan dari Semeru

Sebelum Desember 2012 lalu, plakat In Memoriam Soe Hok Gie & Idhan Lubis ini tertanam dengan kokoh nya di puncak Mahameru gunung Semeru. Plakat yang telah menjadi daya tarik para pendaki untuk menapaki puncak Mahameru itu kini telah dilepas dan diturunkan pada 16 Desember 2012 dan disimpan di Pusat Latihan Indonesian Green Ranger, Cibodas, Jawa Barat.

 

 

” Kita telah banyak berdosa terhadap alam Semeru, dengan plakat ini dilepas semoga alam Semeru bisa bersih dan menyadarkan pendaki Semeru untuk tidak meninggalkan sesuatu selain jejak dan tidak mengambil sesuatu selain foto “

 

Idhat Lubis


Soe Hok Gie & Idhan Lubis mereka adalah legenda, inspirasi untuk para penjelajah alam khususnya para pendaki gunung di Indonesia

ARTIKEL & BERITA LAINNYA

Sigap Menghadapi Bencana, IGREEAC mengikuti Diklat Manajemen Bencana
30 Maret 2023 lalu. Indonesian Green Ranger Expedition Adventure Club (IGREEAC) mengutus Muhammad Usamah Firdaus & Nazwa Ramadhani Irawan, dari angkatan...
Laporan Bencana Alam Gempa Cianjur 2022
RESPON GEMPA CIANJUR 21 November – 30 Desember 2022 Kampung GARUNG RT 02/09 Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang 157 JIWA 53 KK 33 BALITA 15 LANSIA 30 REMAJA 79 DEWASA Kampung...
Panitia Gladnas PA Kunjungan di Kodam XIV/Hasanuddin
MAKASSAR – Panitia Gladian Nasional Pecinta Alam (Gladnas PA) ke-XV melakukan kunjungan di Markas Komando Daerah Militer (Makodam) XIV/Hasanuddin,...
Minta Dukungan, Panitia Gladnas PA XV Temui Kadis Pariwisata Sulsel
MAKASSAR – Panitia Gladian Nasional (Gladnas) Pecinta Alam ke-XV menemui Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan, Denny Irawan Saardi di ruang kerjanya,...
Pendakian Bersama Renungan Suci dan Opsih
Dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya pendiri Indonesian Green Ranger (IGR), kami selaku Presidium Dewan Pengurus Periode 2017-2021 bermaksud melaksanakan...